BPDPKS
“Peran
BPDPKS Dalam Mencapai Target Net Zero Emission Dan
Kontribusinya
Pada Penerimaan Negara”
Oleh
: Haykal Aqsara
Dalam
beberapa dekade terakhir, isu perubahan iklim telah menjadi salah satu topik
yang paling mendesak di seluruh dunia. Peningkatan suhu global, perubahan cuaca,
dan bencana alam yang semakin sering terjadi telah memaksa banyak negara untuk
mengambil tindakan nyata dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca. Pada tahun 2022, Indonesia menghasilkan emisi CO2 fosil sebesar
692.236.110 ton. Angka ini meningkat 13,14% dibandingkan tahun 2021. Indonesia
juga merupakan negara penyumbang emisi karbon terbesar ke-6 di dunia. Kondisi
ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam menurunkan
emisi karbon dan mengurangi dampak perubahan iklim global.
Salah
satu target ambisius yang diusung oleh negara-negara di dunia adalah mencapai Net
Zero Emission yang merupakan suatu kondisi di mana jumlah emisi karbon yang
dilepaskan ke atmosfer seimbang dengan jumlah karbon yang diserap oleh
lingkungan atau melalui teknologi mitigasi. Indonesia, sebagai negara yang
berkomitmen dalam perjanjian Paris Agreement, telah menetapkan langkah-langkah
strategis untuk mencapai target ini pada tahun 2060.
Sebagai
salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia bertanggung jawab
dalam mengelola emisi karbon yang dihasilkan oleh sektor ini. Meskipun kelapa
sawit merupakan salah satu komoditas ekspor andalan negara yang berkontribusi
signifikan terhadap penerimaan negara, sektor ini juga sering mendapat sorotan
karena kaitannya dengan deforestasi, emisi gas rumah kaca, dan kerusakan
lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh industri kelapa sawit dan upaya
keberlanjutan lingkungan.
Di
sinilah peran strategis Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)
menjadi sangat relevan. Badan ini didirikan pada tahun 2015, BPDPKS bertugas
untuk mengelola dana yang dikumpulkan dari pungutan ekspor produk kelapa sawit
dengan tujuan mendukung pengembangan dan keberlanjutan industri sawit di
Indonesia. Dana ini tidak hanya digunakan untuk mendukung produktivitas sektor
kelapa sawit, tetapi juga diarahkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan, meningkatkan efisiensi energi, serta mempromosikan riset dan
inovasi untuk menciptakan industri yang lebih hijau dan ramah lingkungan.
Salah
satu upaya besar yang dilakukan BPDPKS adalah mendukung pengembangan biodiesel
dari minyak kelapa sawit, sebuah langkah yang sejalan dengan transisi energi
menuju sumber energi terbarukan. Program ini telah membantu mengurangi
ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil, sekaligus menekan emisi
karbon dari sektor transportasi. Selain itu, BPDPKS juga aktif dalam mendukung
sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang bertujuan memastikan
praktik-praktik keberlanjutan dalam produksi kelapa sawit di seluruh Indonesia.
BPDPKS juga
berkontribusi melalui program peremajaan kelapa sawit (replanting) yang
membantu petani meningkatkan produktivitas tanpa perlu memperluas lahan,
sehingga mengurangi risiko deforestasi yang berdampak pada peningkatan emisi
karbon. BPDPKS juga terlibat dalam riset dan pengembangan teknologi yang dapat
mengurangi emisi, seperti pengolahan limbah sawit menjadi energi alternatif.
Dengan berbagai langkah tersebut, BPDPKS membantu mempercepat langkah Indonesia
menuju Net Zero Emission, sekaligus memastikan bahwa sektor kelapa
sawit tetap berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan.
Selain
itu, BPDPKS juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan
negara melalui pengelolaan dana dari pungutan ekspor produk kelapa sawit.
Pungutan ini berasal dari ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk
turunannya, yang kemudian digunakan untuk mendukung berbagai program
keberlanjutan industri sawit, termasuk pengembangan biodiesel. Program
mandatori biodiesel yang didukung oleh BPDPKS tidak hanya mengurangi
ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil, tetapi juga membuka
peluang baru dalam industri energi terbarukan, yang pada gilirannya menambah
pendapatan negara melalui peningkatan produksi dan penjualan biodiesel. Ekspor
biodiesel yang meningkat juga memberikan devisa tambahan bagi negara,
memperkuat stabilitas ekonomi Indonesia.
Selain itu, BPDPKS membantu industri kelapa sawit Indonesia untuk tetap kompetitif di pasar internasional dengan memastikan praktik keberlanjutan yang sesuai dengan standar global melalui sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Hal ini membuka akses pasar yang lebih luas, terutama di negara-negara yang mewajibkan standar lingkungan yang ketat, sehingga meningkatkan volume ekspor dan nilai tambah produk sawit. Peningkatan ekspor ini berdampak langsung pada penerimaan pajak dan devisa negara. Di tingkat domestik, program BPDPKS, seperti peremajaan kelapa sawit (replanting), juga menciptakan lapangan kerja baru di daerah-daerah perkebunan. semakin banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam sektor ini, pendapatan dari pajak penghasilan serta peningkatan konsumsi domestik juga memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara secara keseluruhan. Secara keseluruhan, melalui dukungan terhadap industri sawit yang lebih ramah lingkungan, BPDPKS tidak hanya menjaga keberlanjutan ekonomi industri sawit, tetapi juga memperkuat penerimaan negara dari berbagai sektor, termasuk energi, ekspor, dan ketenagakerjaan.
BPDPKS
memainkan peran strategis dalam mendukung upaya Indonesia mencapai target Net
Zero Emission sekaligus meningkatkan penerimaan negara. Melalui program
mandatori biodiesel, sertifikasi ISPO, serta berbagai inisiatif keberlanjutan
lainnya, BPDPKS berhasil mendorong transisi energi terbarukan dan pengelolaan
industri kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan. BPDPKS, sebagai lembaga
pengelola dana perkebunan kelapa sawit, berhasil menunjukkan bahwa industri
kelapa sawit dapat terus menjadi motor penggerak ekonomi nasional sekaligus
berperan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Ke depan, kolaborasi yang lebih
erat antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat akan semakin penting
untuk memastikan keberhasilan Indonesia mencapai Net Zero Emission tanpa
mengorbankan pertumbuhan ekonomi.
Komentar
Posting Komentar